The Letters of love (2)

I’m sorry for spamming lately. I can’t sleep. It’s my insomnia I think. So, I would post another notes from my old diary. It was from the book Game of Heart, I think. It’s in Bahasa.

“Cinta memang harus diperjuangkan.

Ingin sekali setelah ku bermimpi bertemu engkau kembali ada di sini. Menemukanmu di setiap untai hati. Kau tak pernah berubah meski waktu telah menempa dengan harap membawamu terbang.

Aku selalu takut pada malam karena gelap itu menggelisahkan. Aku selalu ngeri pada sepi karena sunyi itu melemahkan. Aku selalu lemah pada diri sendiri karena kesendirian itu menyakitkan. Aku selalu menangis pada kelam karena hitam itu membenamkan.

Cinta itu punya warna sendiri. Berlaku dengan caranya sendiri. Cinta itu juga datang bukan cuma dari bibir, tapi juga dari hati, lubuk jiwa yang terdalam.

Ketika kita terluka dan kehilangan, kita baru menyadari seberapa dalam makna kehadiran seseorang bagi kita.Ketika rindu menyergap, kita baru menyadari bahwa cinta itu ada.

Cinta bukan diukur dari sebanyak apa yang kita dapatkan darinya, tapi sebanyak apa yang kita sanggup berikan untuknya. Cinta bukan dilihat dari segila apa dia mencintai kita, tapi serela apa diri kita sanggup berkorban untuk orang yang dicintai.

Kesetiaan bukan dibuktikan dari senekat apa dia untuk tetap bersama kita, tapi sejauh mana kita bersedia menjadi teman suka dukanya.”


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *