In your mind, What will your future like?

I won’t write this one in English because Bahasa Indonesia is more dramatic hahahah.. I’m serious, sometimes Bahasa Indonesia could give you the real meaning of something than English. I don’t know about other language.

it’s about the future. Di dalam bayanganmu, bagaimana kehidupanmu di masa depan? Di bayanganmu, di masa depan kamu akan menjadi apa? Presiden? Dokter? Pengusaha? Dosen? Anything else?

Aku sudah memiliki bayangan, well, aku lebih suka menyebutnya mimpi, bagaimana masa depanku nantinya. Aku akan menyimpan mimpi itu hanya untuk diriku, atau mungkin aku akan membaginya dengan orang – orang yang sangat aku percaya. Sama seperti aku memilih universitas di saat akhir SMA. Aku sudah memiliki rencana dan I kept it secret. Just say that it was my wish and something told me that “You can’t tell anyone what you wished, or else it won’t come true.” And yeah, it came true, walau agak melenceng sedikit. Mungkin karena aku memberi tahu kepada satu atau dua orang waktu itu. I don’t know.

Aku mengira kehidupan setelah kuliah ini kurang lebih akan seperti saat aku memilih universitas itu. Aku hanya perlu memiliki rencana dan usaha dan mungkin sedikit keberuntungan, then boom! I’ll get it. Tapi, sayang, ternyata pilihan hidup paska kuliah tidak se sederhana itu. Realita akan membuat semua rencanamu berantakan, atau paling tidak berbeda 180 derajad. Hanya sedikit orang yang rencananya berjalan sesuai keinginan.

Sebelum aku lulus aku berencana untuk tinggal dulu di kota ini sampai aku mendapat pekerjaan yang pasti. Aku bukan tipe orang yang berpikir “yang penting aku dapat pekerjaan.” Aku akan mengajukan lamaran hanya ke perusahaan yang menawarkan pekerjaan yang memang sesuai dengan minatku. Oleh karena itu, di saat teman – temanku mengunjungi berbagai Job Fair dan melamar pekerjaan kesana kemari, aku masih disini dan hanya mendaftarkan diri di beberapa lowongan pekerjaan.

Seorang yang aku kenal pernah meberiku sebuah saran, tapi hanya ku dengar dan aku bantah selebihnya. Hari ini, aku bertemu dengan seseorang. It was our first meeting and she was a total stranger to me. Dia memberi saran yang sama, seolah – olah saran itu sudah di fotocopy. Kau tahu apa yang berbeda? Aku mendengarkan saran dari orang asing ini dan kata -katanya masih menghantuiku hingga saat ini. Bahkan, kata – katanya membuatku ragu dengan rencara yang sudah aku tentukan itu karena menurutku perkataannya realistis. Ironis sekali ucapan orang asing malah aku terima dengan baik dibanding seseorang yang aku kenal hanya karena orang itu sudah terlalu banyak ikut campur di kehidupanku.

Setelah percakapan itu, banyak hal yang mengganggu pikiranku. Aku memang sempat berpikir untuk pulang, tetapi beberapa perkataannya tadi membuatku benar – benar mempertimbangkan rencana untuk pulang itu. Disaat seperti ini, aku tidak bisa bersikap idealis lagi. Aku memang tidak peduli tentang hal ini sebelumnya, tetapi setelah aku lulus dan berada di posisi yang baru,  pola pikirku juga berubah. Banyak hal yang harus dipertimbangkan, banyak hal yang harus aku korbankan, dan ada pihak yang harus berkorban. Aku atau orang tuaku.

Atau… aku harus merelakan impianku?


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *