Coklat, Kopi, dan Seafood

Seringkali sesuatu yang kita tertawakan itu akan berbalik mentertawakan kita. Ambil saja contohnya barusan, saat aku dan adikku ke rumah sakit.

Pagi ini kami kesana untuk tes alergi. Sembari menunggu aku membaca obat – obat yg ditotolkan ke kulit kami.

“Debu, bulu ayam, rambut anjing, ikan tawar, ikan tongkol, cumi, udang, kepiting……….. kopi.. ha? Ada alergi kopi?” kataku.

“Ada.” jawabnya.

“Teh, coklat.”

“Apa tadi yang terakhir?” tanya adikku.

“Coklat.”

“Kasian bener yang alergi coklat.”

Singkat cerita, 30 menit berlalu dan dokter menilai  hasil tes kami.

“Wah.. ini yang lingkungan positif semua. Yang makanannya… kopi..”

“Aku memang gak bisa minum kopi sih, Dok.”

“Kenapa?”

“Gak tau. Gak suka aja.”

“Ya kalo gak suka ya gak pa pa… terus ini udang, cumi.. tapi gak terlalu.”

Lalu dokter pun berkutat lagi dengan hasil tes adikku. Hasil tesku di ambil alih oleh suster yang bertugas.

“Tapi kalo makan udang gak kenapa – kenapa.” dan suster pun menjawab.

“Yah memang gak pa pa. Tapi jerawatnya. Itu kan berprotein tinggi.”

Aku cuma bisa nyengir. Lolos dar kopi, tapi terjebak di seafood.

Setelah itu, kami ke bagian administrasi. Kembali lagi ke ruang periksa untuk mengambil hasil tes. Suster tadi membacakan lagi daftar alergiku, dan juga alergi adikku.

“Mas Yudhi alerginya juga sama ya. Debu. Terus makanannya juga, udang, kepiting, kacang – kacangan, terus coklat..”

“Aduh.. kasian bener ya orang yang alergi coklat itu” celetukku sambil tertawa mengejeknya.

See? Sekian.


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *